Kamis, 03 Februari 2011

Yahudi Bertanya - Sayyidina 'Ali Menjawab


Hal.  1

Beberapa orang Yahudi  datang ke Madinah hendak menemui Rosululloh, Muhammad S.A.W. Mereka mau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mereka yakini Rosululloh tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bahkan mereka bersumpah akan masuk Islam jika Rosululloh bisa menjawabnya. Tapi jika tidak, maka kerosulan dan kenabian Rosululloh Muhammad S.A.W  perlu dipertanyakan, kata mereka.

Di tengah jalan, mereka bertemu dengan Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib, sepupu sekaligus menantu Rosululloh.  “Wahai orang-orang Yahudi, mau kemana kalian? Mengapa wajahmu begitu nampak gembira?” tanya Sayyidina ‘Ali.
“Mau bertemu Rosulmu, ya ‘Ali,” jawab mereka.
“Ada perlu apa, sehingga kalian begitu bersemangat?” tanya lagi Sayyidina ‘Ali
Maka mereka pun menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke Madinah untuk menemui Rosululloh. Lalu dengan sombong mereka berkata, “ Kami yakin Rosulmu tidak akan mampu menjawab pertanyaan-petanyaan kami.”

Sayyidina agak tersinggung mendengar  perkataan orang Yahudi itu, sehingga dia mengatakan, “Aku diberi gelar Babul’ilmu, pintunya ilmu. Aku mengusai 60 cabang ilmu. Untuk satu cabang ilmu jika diangkut, membutuhkan seribu kendaraan. Sebelum kalian bertemu Rosululloh, tanyakan pertanyaan-pertanyaan itu kepadaku.Dengan Bismillaahirrohmaanirrohiim wa  laa haula wa laa quwwata illaa billah, Insya Allah aku bisa menjawabnya.”

Orang-orang Yahudi saling pandang, ragu. Tetapi karena ucapan Sayyidina ‘Ali begitu meyakinkan, satu per satu dari orang Yahudi itu mengajukan pertanyaan,  termasuk menanyakan tentang hakikat dan makna suara hewan, suara angin, dan suara air. Namun penulis hanya akan menguraikan 8 pertanyaan sebagai beikut :

“Langit ke berapa yang paling besar, wahai ‘Ali?”
“Lapisan bumi ke berapa yang paling lebar?”
“Laut apa yang paling luas?”
“Neraka apa yang paling panas?”
“Angin apa yang paling kencang?”
“Batu apa yang paling keras?”
“Mahluk apa yang hanya bisa dilihat Allah, sedangkan manusia tidak bisa melihatnya?”
“Atau mahluk apa yang bisa dilihat manusia, sedang Allah tidak melihatnya?”
 “Oh, jadi itu pertanyaan-pertanyaan yang hendak kalian sampaikan kepada Rosululloh,” kata Sayyidina ‘Ali, enteng. Sambil tersenyum Sayyidina ‘Ali pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

“Langit yang paling besar itu berada di dalam hati orang-orang yang berani melawan kekuasaan Allah,”  jawab Sayyidina ‘Ali. Betapa tidak! Langit yang begitu lebar di atas kepala kita, tak ada satu pun alat atau benda yang menyanggahnya, kalau bukan karena kekuasaanNya. Maka bila ada orang yang berani melawan Allah, sungguh teramat angkuh dan sombong orang itu. Maka tak ada pilihan bagi manusia selain patuh untuk menjalankan semua perintahNya, serta senantiasa berharap agar semua perbuatan atau amal-amal kita memperoleh ridho dariNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar