Rabu, 03 Agustus 2011

Puasa dan Melawak

Puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam. Kegiatan puasa adalah menahan rasa lapar dan dahaga di siang hari. Tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh merokok, dan melakukan hubungan tubuh. Tetapi pada intinya puasa adalah melatih kesabaran dan menanamkan rasa sosial, turut merasakan bagaimana pmenjadi orang miskin dan fakir.  JNamun para pemasang iklan tahu cara memanfaatkan orang-orang yang sedang lapar dan haus.

Menunggu. Barangkali kata menunggu inilah yang dimanfaatkan betul oleh para stasiun televisi untuk membidik pangsa pasar. Ada  saat-saat penting yang amat ditunggu oleh orang-orang yang berpuasa; pertama adalah berbuka puasa. Bila  satu jam menjelang buka puasa diisi oleh siraman rohani, tausyiyah terutama tentang masalah puasa, zakat dan sholat mungkin akan bertambah pahala kita. Tetapi kalau diisi kuis, lawakan hanya sekedar untuk melupakan lapar, ya pikir-pikir donk. Apalagi acara menjelang sahur. Pada bulan puasa, malam seharusnya digunakan untuk bermunajat, minta ampunan kepada Allah SWT. Tapi ini tidak. Hampir setiap stasiun televisi menayangkan lawakan-lawakan penunggu sahur, yang jelas mengganggu kekhidmatan bulan Ramadhan. Anehnya Badan Sensor Acara Televisi dan MUI diam saja.Belum lagi termasuk acara-acara sinetron yang mengganggu kegiatan shalat tarawih.

Kadang-kadang saya terharu menyaksikan para pelawak menjadi Dai sementara Dai menjadi pelawak. Banyak Dai yang ingin ditertawakan. Ini metode, katanya, agar orang tidak bosan. Mungkin tidak disadari dalam ketawa hati kita sedang mati. Saya berharap semoga para Dai yang demikian terhindar dari sifat ria, serta tumbuh rasa malunya di dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar